Jakarta, PBN News — Pertandingan antara Tim Nasional Indonesia melawan Jepang dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 babak keempat menjadi salah satu laga paling ditunggu di kawasan Asia Timur dan Tenggara. Dari segi kualitas, kedua tim datang dari kutub yang berbeda: Jepang sebagai salah satu raksasa Asia dengan pengalaman konsisten di putaran final Piala Dunia, dan Indonesia yang sedang dalam fase transisi serta pembangunan skuad muda yang menjanjikan.
Indonesia berhasil melaju ke babak keempat setelah melalui fase grup yang cukup dramatis. Kemenangan penting atas Vietnam serta penampilan solid melawan Irak menempatkan skuad asuhan Shin Tae-yong di posisi cukup kuat untuk bersaing di antara tim-tim papan atas Asia. Terlepas dari minimnya pengalaman di level ini, performa kolektif Garuda memperlihatkan grafik menanjak.
Sementara itu, Jepang melangkah dengan relatif mulus. Mereka menyapu bersih fase sebelumnya tanpa banyak perlawanan berarti. Kekuatan mereka terletak pada kedalaman skuad, kecepatan transisi, serta efisiensi dalam penyelesaian akhir—semua didukung oleh para pemain yang bermain di klub-klub Eropa, termasuk di Premier League dan Bundesliga.
Dari sisi taktik, Indonesia kemungkinan besar akan mengadopsi pendekatan defensif-reaktif. Hal ini bukan hanya karena perbedaan kualitas individu, tapi juga karena pendekatan ini terbukti cukup efektif saat menghadapi tim-tim kuat. Dalam pertandingan melawan Irak dan Vietnam, Indonesia cenderung menunggu di tengah blok rendah dan mengandalkan serangan balik cepat melalui sisi sayap.
Di sinilah peran pemain seperti Rafael Struick dan Marselino Ferdinan bisa menjadi kunci. Keduanya punya kecepatan dan mobilitas tinggi, yang dapat dimanfaatkan untuk mengancam ruang di belakang lini belakang Jepang. Namun, tantangannya ada pada seberapa lama lini pertahanan Indonesia bisa bertahan menghadapi gelombang serangan dari Jepang yang bermain sangat cair dan agresif.
Jepang sendiri diprediksi tetap mengusung gaya bermain dominan dengan penguasaan bola tinggi. Mereka terbiasa mengontrol ritme pertandingan dan menciptakan overload di area tengah lapangan untuk membuka ruang bagi pemain sayap seperti Kaoru Mitoma atau Takefusa Kubo. Kombinasi passing cepat dan pemahaman posisi yang baik membuat mereka sangat sulit dipatahkan saat memasuki sepertiga akhir.
Satu faktor yang tak boleh diremehkan adalah mental bertanding. Jepang sudah terbiasa bermain di tekanan tinggi, baik di level Asia maupun dunia. Mereka tahu bagaimana cara menghadapi tim-tim yang bertahan total dan memiliki kesabaran dalam membongkar pertahanan yang rapat. Sementara itu, Indonesia perlu menjaga konsistensi fokus—karena sering kali tim-tim underdog kehilangan konsentrasi di momen-momen krusial.
Dari sisi fisik, Jepang tentu lebih unggul dalam hal kebugaran dan intensitas permainan. Ini bisa menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia yang meski punya semangat juang tinggi, belum tentu mampu menjaga level energi yang sama selama 90 menit penuh.
Dalam lima pertemuan terakhir antara Indonesia dan Jepang di berbagai level, Jepang selalu keluar sebagai pemenang dengan selisih skor cukup lebar. Namun, statistik bukan satu-satunya penentu dalam sepak bola. Beberapa tim yang dianggap kecil telah memberikan kejutan dalam kualifikasi sebelumnya, dan Indonesia akan berharap bisa menciptakan cerita serupa.
Secara statistik musim ini (fase grup sebelumnya), Jepang memiliki rata-rata penguasaan bola di atas 65%, dan mencetak lebih dari 3 gol per pertandingan. Indonesia, meskipun hanya mencetak 5 gol dari 6 laga, menunjukkan efisiensi serangan balik yang cukup menjanjikan.
Dari kubu Jepang, Wataru Endo akan menjadi jangkar lini tengah yang mengatur ritme permainan dan menghalangi serangan balik lawan. Sementara di lini depan, ketajaman Kaoru Mitoma bisa menjadi pembeda—baik dalam menciptakan peluang maupun menuntaskannya.
Di sisi Indonesia, peran Asnawi Mangkualam sebagai kapten dan pemain bertahan sangat vital. Ia harus mampu memimpin barisan belakang untuk tetap disiplin dan kompak. Sementara di lini serang, harapan ada pada pemain muda seperti Marselino Ferdinan yang mampu memberi kejutan lewat tembakan jarak jauh atau penetrasi mendadak.
Melihat dari segala aspek—pengalaman, kualitas pemain, serta kedalaman taktik—Jepang jelas lebih diunggulkan. Namun, pertandingan ini bukan hanya soal menang atau kalah. Bagi Indonesia, bisa bertahan dengan skor tipis atau menciptakan peluang berbahaya saja sudah menjadi sinyal kemajuan signifikan.
Prediksi skor akhir yang paling realistis adalah 2-0 atau 3-1 untuk Jepang. Namun, jika Indonesia mampu bermain sangat disiplin dan mendapatkan sedikit keberuntungan di awal pertandingan, hasil imbang mungkin bukan mustahil.
Pertandingan ini bukan hanya soal perolehan poin, melainkan juga soal pencapaian level dan pembelajaran. Untuk Indonesia, laga melawan Jepang akan menjadi ujian kedewasaan tim yang sedang bertumbuh. Sementara bagi Jepang, ini adalah momen untuk menjaga konsistensi dan menunjukkan bahwa mereka layak disebut penguasa sepak bola Asia.
Apa pun hasilnya nanti, ini akan menjadi pertandingan yang menarik dan penting, baik bagi perkembangan sepak bola Indonesia maupun bagi peta kekuatan Asia di jalan menuju Piala Dunia 2026.
Untuk melihat pasaran bisa cek di kutu4d
Komentar